Ketika pertama sekali seorang pejabat disumpah mungkin ia mengikuti sumpahnya untuk setia pada kata-kata itu, bahwa jabatan adalah amanah. Amanah yang harus ditunaikan dengan baik.
Tapi dalam perjalanan waktu dan berbagai agenda, entah agenda siapa yang dijalankan, maka janji-janji yang awalnya dengan lantang disuarakan secara perlahan terlupakan pudar oleh kepentingan lain yang telah diselundupkan oleh pihak lain yang mungkin saja merasa telah berjasa ikut membantu dana atau lainnya mengusung si pejabat, sehingga secara pasti janji terkubur dalam lipatan dan yang muncul agenda yang semula tersembunyi menjadi jelas dominan.
Soal janji untuk rakyat, kasih saja mereka beras atau recehan, sebarkan biar mereka berebutan kayak ayam. Masalah kesejahteraan biar yang berkuasa saja yang sejahtera. Buktinya, harta mereka semangkin menumpuk, sementara rakyat semakin sekarat.
Kekuasaan yang sudah dalam genggaman dan telah pula disahkan oleh mahkamah sebagai lembaga yang melegalkan yang dianggap belum layak menjadi layak dan legal, maka apapun yang penguasa ucapkan akan menjadi suatu kebijakan. Siapapun yang menempel pada kekuasaan akan dengan mudah dapat bisnis, proyek atau kucuran dana atau sesuatu yang dapat menghasilkan uang. Sebagai contoh Edi tansil, orang yang mungkin tidak pernah didengar namanya, tiba-tiba diberitakan kabur ke Cina dengan telah mencuri uang sejumlah 1,3 triliun rupiah. Jika itu tidak terkait dengan kekuasaan, mungkinkah ia mampu menggondol uang sebanyak itu?, dan rentetan pencurian uang negara terus beruntun di era penguasa satu ke penguasa lainnya hingga utang negara membumbung tinggi.
Dengan gampang rezim menaikan pajak atau mencari tambahan uang, uang apa saja, sementara rakyat tercekik oleh berbagai kebijakan yamg mereka buat.
Mereka lupa bahwa setap masa ada akhirnya. Tinggal memilih jalan mana, berakhir dengan baik atau berakhir dengan tragis.
…
1-5-2024
warga