Mobil nasional (mobnas) sudah digagas sejak lama, setidaknya sejak zaman Orde Baru, sekitar tahun 1985 dan 1995 Timor dan banyak lagi. Tapi semua proyek itu gagal dan bahkan Timor banyak yang menjadi besi rongsokan di kandangnya di Cikampek, Jawa Barat. Dari segi gagasan sebenarnya bagus, tapi untuk diterapkan dalam kebijakan nasional harus singkron dengan aturan-aturan yang lain, seperti mobil asing yang ada di Indonesia sudah sejak lama, sejak zaman Bung Karno dan Jepang merajai sejak tahun 1970-an zaman Orde Baru. Bukan hanya mobil juga motor nasional, gagal total.
Dari segi gagasan cukup bagus, tapi terlambat. Jakarta dan kota sekitarnya sudah lama dilanda macet. Di tambah jalan banyak yang rusak dan jika banjir terendam. Lagi yang selalu menjadi persoalan tiap periode presiden baru adalah BBM (bahan bakar minyak).
Dalam praktek Presiden mempercayakan kepada perusahaan kroninya HP, PT. ACL. Apakah mereka memang kompeten di bidang itu, dan tiba-tiba melakukan kerjasama dengan Proton, tanpa kajian mendalam dan rakyat tak diberi tahu? Bukankah di negeri ini banyak ahli di bidang ototomotif dan bidang lainnya, namun lagi-lagi pemerintah tak mengajak mereka!
Pelaksananan mobil nasional selalu gagal, sebab salah satunya Indonesia ditekan WTO (world trade organisation). Dan proyek pesawat nasional (PT DI) juga dihentikan IMF. Ini akibat pemerintah tunduk dan patuh kepada kekuatan asing!!
Singkat cerita, sang penggagas berotak Jerman, BJ Habibie membuat perusahaan pesawat sendiri, dan saat ini sedang mengerjakan sekitar 100 pesawat yang diperkirakan akan terbang perdana tahun 2018. Semuanya terukur, dari ide atau gagasan, keahlian dan penerapan dalam tahapan proyek hingga dapat diprediksi kapan akan terbang!
Saya sebagai anak bangsa, menginginkan bahwa pemerintah sekarang seharusnya belajar dari pengalaman (sejarah) dan mengajak para ahli Indonesia, dan apa yangdikatakan sebagai trasfer teknologi itu adalah bohong, sebab ilmu harus dicari sendiri. Mungkinkah ada negara yang dengan sukarela memberikan rahasia negaranya kepada negara lain?
Jika demikian slogan nasionalisme hanyalah omong kosong dan retorika politik! Sebab dalam praktek nol besar!
Nusantara, 9-2-2015
anak desa,
yang selalu pakai sepeda
*dari berbagai sumber
February 9, 2015 at 2:55 am
Saya bangga dengan sepnas (sepeda nasional), saya punya dan awet, tidak perlu subsidi negara
February 9, 2015 at 2:58 am
Bas Mas Bro, naik sepeda sehat bagi tubuh dan lingkungan juga kantong hehehe