Suatu ketika pedagang sayur keliling berkata dan sekaligus bertanya, “saya sudah lama berjualan sayur tapi mengapa belum juga berubah dari dulu gini-gini saja?” Mungkin pertanyaan semacam itu akan ditanyakan juga oleh petani, nelayan dan lainnya.
Selama ini tak ada keberpihakan pemerintah terhadap ekonomi rakyat. Banyak kebijakan hanya menguntungkan sebagian kecil masyarakat, hanya mereka yang memiliki modal dan akses kepada kekuasaan. Hal ini terlihat dari para ekonom yang selalu melihat dan menekankan pertumbuhan ekonomi secara makro.
Padahal problem ekonomi bangsa ini adalah belum adanya kemandirian dan kedaulatan ekonomi. Hampir semua bergantung kepada asing, terutama pembiayaan pembangunan melalui hutang luar negeri. Melalui pinjaman asing itulah negara ini diintervensi kebijakan-kebijakannya yang menguntungkan mereka, dan sementara rakyat tak mendapatkan apa-apa. Kekayaan alam dikuras habis. Sementara penduduk negara ini hanya dijadikan pasar. Untuk tingkat Asia Tenggara saja negara ini banyak yang tertinggal, jika mau dibandingkan. Hal ini bergantung kepada siapa leader-nya.
Jauh ketika bangsa ini terlahir para pendiri bangsa (founding fathers) telah menuliskannya dalam Pancasila, “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”! Keadilan ekonomi inilah yang belum terrealisasi di negeri Indonesia ini. Yang kaya dan menikmati kemudahan ekonomi hanya sekelompok kecil orang.
Keadilan ekonomi masih menjadi angan-angan dan mimpi!
Siapa yang mau menjadi pemimpin Indonesia sebaiknya ingat bahwa bangsa ini terlahir melalui perjuangan yang panjang, memakan korban, baik fisik maupun psikologis. Oleh penjajah Belanda dan sejenisnya, mereka yang berjuang untuk merdeka dipenjara, disiksa, dibunuh dan hidupnya dihinakan (dijadikan budak), apakah para elit tak menyadari dan memahaminya? Jika tidak memahaminya berarti mereka telah tercerabut dari akar sejarah dan budaya bangsa ini!!
Percayakah kau Sukibul?…
Indonesia, 23-11-2014
Anak negeri
boykolot 